Ada banyak
cara yang bisa kita lakukan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM). Ada
banyak cara juga yang bisa kita lakukan untuk menghindari pemanasan global atau
global warming. Kedua cara tersebut bisa kita antisipasi dengan mengganti
sumber bahan bakar minyak dengan bioetanol.
Bioetanol
bisa kita jadikan sebagai sumber energi sebagai bahan bakar minyak terbarukan.
Bioetanol dibuat dengan menggunakan sumber nabati bukan fosil yang bila
digunakan terus menerus akan habis. Dengan menggunakan bioetanol sebagai bahan
bakar minyak, selain bisa berhemat, juga ramah lingkungan.
Bioetanol
merupakan bahan bakar minyak terbarukan yang ramah lingkungan. Bioetanol bisa
kita jadikan sebagai sumber energi alternatif menggantikan premium dan minyak
tanah. Bila kita menggunakan bioetanol sebagai bahan bakar minyak sehari-hari,
bisa menurunkan tingkat emisi bahan bakar sehingga bisa menekan polusi udara.
Bukankah polusi udara tidak baik untuk kita? untuk itulah saat ini bioeanol
semakin dilirik untuk dijadikan sebagai bahan bakar minyak pengganti premium
yang terbarukan.
Bioetanol
merupakan salah satu jenis biofuel berupa bahan bakar cair yang diolah dari
tumbuhan seperti jagung dan gandum. Bahan
bakar ini dapat dicampur dengan bensin untuk meningkatkan kadar oktan dan
kualitas emisi. Bioetanol ini dapat dihasilkan dari proses fermentasi
gula (Glukosa), yang kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi. Melalui
proses fermentasi dan destilasi ini bisa menghasilkan etanol dengan kadar
sebesar 95%. Kadar 95% itu belum dianggap murni bioetanol oleh karena itu
dimurnikan lagi hingga mencapai 99%.
Menggunakan
bietanol relatif lebih aman dibandingkan bahan bakar minyak dari fosil, selain
harganya lebih mahal, bahan bakar fosil tidak bisa terbarukan. Bahkan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa menghasilkan fosil sebagai sumber
bahan bakar minyak.
Manfaatnya
Mempertahankan Kelangsungan Bumi ini
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang
ada di sekitar kita yang berupa makhluk hidup. Kita hidup juga bergantung pada
lingkungan di sekitar kita. Sehingga kita harus menjaga lingkungan kita agar
tetap lestari.
Arti
kata lain dari menjaga lingkungan hidup adalah peduli terhadap lingkungan hidup
agar tetap terjaga kelestariannya. Contoh-contoh dari peduli terhadap
lingkungan adalah melestarikan sumber daya alam, menjaga kebersihan lingkungan,
tidak merusak lingkungan hidup. Karena banyak sekali upaya upaya kecil dan
mudah peduli lingkungan. Dari upaya kecil tersebut akan memberikan manfaat
besar.
Ada
pepatah yang mengatakan sesuatu yang kita lakukan akan kembali kepada kita
sendiri. Begitu pula dalam upaya peduli terhadap lingkungan yang telah kita
lakukan. Upaya kecil yang kita lakukan akan menghasilkan banyak manfaat untuk
kita sendiri. Sebagai contoh upaya kecil tersebut adalah membuang sampah. Salah
satu cara menjaga lingkungan hidup adalah membuang sampah pada tempatnya.
Bayangkan sampah yang kita buang sembarangan menyebabkan polusi pada
lingkungan, makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan maupun hewan akan teracuni
oleh sampah tersebut. Maka hewan dan tumbuhan tersebut akan musnah. Jika hewan
dan tumbuhan musnah maka musnahnya makanan untuk manusia. Jika makanan untuk
manusia tidak ada lagi, maka akan musnahnya manusia. Sebaliknya, apabila kita membuang
sampah pada tempatnya, maka makhluk hidup lainnya yang merupakan makanan
manusia akan terjaga, maka kehidupan manusia juga akan tetap terjaga. Itulah
yang dimaksud dengan upaya kecil memberikan manfaat yang besar. Dengan membuang
sampah pada tempatnya, dapat menyelamatkan kehidupan di bumi.
Dengan
begitu kita dapat menyelamatkan makhluk hidup yang ada di bumi ini.
Mempertahankan kelangsungan hidup manusia, hewan maupun tumbuhan. Itu adalah
hal yang hebat. Jangan jadikan “susah” menjadi alasan untuk menghambat upaya
peduli lingkungan. Jangan sekali-kali meremehkan lingkungan hidup kita, karena
sesungguhnya manusia bergantung pada lingkungan hidupnya.
Maka
mulailah peduli dengan lingkungan hidup kita dari upaya-upaya kecil.
Sesungguhnya upaya-upaya kecil tersebut akan menghasilkan manfaat yang sangat
besar. Mulailah dari diri kita sendiri, lalu orang lain.
Kadar Polusi Udara di Jakarta
Polusi
udara di Jakarta adalah yang terparah di seluruh Indonesia, sampai-sampai
sebagian warga Jakarta memberikan julukan "kota polusi" kepadanya.
Munculnya julukan tersebut tentu bukan tanpa alasan sama sekali. Data-data di
bawah ini bisa memberikan gambaran tentang parahnya polusi udara di Jakarta.
Pertama,
dalam skala global, Jakarta adalah kota dengan tingkat polusi terburuk nomor 3
di dunia (setelah kota di Meksiko dan Thailand). Kedua, masih dalam skala
global, kadar partikel debu (particulate matter) yang terkandung dalam udara
Jakarta adalah yang tertinggi nomor 9 (yaitu 104 mikrogram per meter kubik)
dari 111 kota dunia yang disurvei oleh Bank Dunia pada tahun 2004. Sebagai
perbandingan, Uni Eropa menetapkan angka 50 mikrogram per meter kubik sebagai
ambang batas tertinggi kadar partikel debu dalam udara. Ketiga, jumlah hari
dengan kualitas tidak sehat di Jakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2002, Jakarta dinyatakan sehat selama 22 hari, sedangkan pada tahun
2003, Jakarta dinyatakan sehat hanya selama 7 hari. Lebih lanjut, berdasarkan
penelitian Kelompok Kerja Udara Kaukus Lingkungan Hidup, pada tahun 2004 dan
2005, jumlah hari dengan kualitas udara terburuk di Jakarta jauh di bawah 50
hari. Namun pada tahun 2006, jumlahnya justru naik di atas 51 hari. Dengan
kondisi seperti itu, tidak berlebihan jika Jakarta dijuluki "kota
polusi" karena begitu keluar dari rumah, penduduk Jakarta akan langsung
berhadapan dengan polusi.
Penyebab
paling signifikan dari polusi udara di Jakarta adalah kendaraan bermotor yang
menyumbang andil sebesar ±70 persen. Hal ini berkorelasi langsung dengan
perbandingan antara jumlah kendaraan bermotor, jumlah penduduk dan luas wilayah
DKI Jakarta. Berdasarkan data Komisi Kepolisian Indonesia, jumlah kendaraan
bermotor yang terdaftar di DKI Jakarta (tidak termasuk kendaraan milik TNI dan
Polri) pada bulan Juni 2009 adalah 9.993.867 kendaraan, sedangkan jumlah penduduk
DKI Jakarta pada bulan Maret 2009 adalah 8.513.385 jiwa. Perbandingan data
tersebut menunjukkan bahwa kendaraan bermotor di DKI Jakarta lebih banyak
daripada penduduknya. Pertumbuhan jumlah kendaraan di DKI Jakarta juga sangat
tinggi, yaitu mencapai 10,9 persen per tahun. Angka-angka tersebut menjadi
sangat signifikan karena ketersediaan prasarana jalan di DKI Jakarta ternyata
belum memenuhi ketentuan ideal. Panjang jalan di DKI Jakarta hanya sekitar
7.650 kilometer dengan luas 40,1 kilometer persegi atau hanya 6,26 persen dari
luas wilayahnya. Padahal, perbandingan ideal antara prasarana jalan dan luas
wilayah adalah 14 persen. Dengan kondisi yang tidak ideal tersebut, dapat
dengan mudah dipahami apabila kemacetan makin sulit diatasi dan pencemaran udara
semakin meningkat.
Penyebab
lain dari meningkatnya laju polusi di Jakarta adalah kurangnya ruang terbuka
hijau (RTH) kota. RTH kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces)
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi
(endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung
yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan,
kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan. RTH kota memiliki banyak
fungsi, di antaranya adalah sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara
(paru-paru kota), pengatur iklim mikro, peneduh, produsen oksigen, penyerap air
hujan, penyedia habitat satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah,
serta penahan angin. Kurangnya RTH kota akan mengakibatkan kurangnya kemampuan
ekosistem kota untuk menyerap polusi.
Dampak polusi terhadap kesehatan
Jangka
pendek:
·
Perawatan di rumah sakit, kunjungan ke Unit Gawat
Darurat atau kunjungan rutin dokter, akibat penyakit yang terkait dengan
respirasi (pernapasan) dan kardiovaskular.
·
Berkurangnya aktivitas harian akibat sakit
·
Jumlah absensi (pekerjaan ataupun sekolah
·
Gejala akut
(batuk, sesak, infeksi saluran pernapasan
·
Perubahan
fisiologis (seperti fungsi paru dan tekanan darah)
Jangka panjang:
·
Kematian akibat penyakit respirasi/pernapasan dan
kardiovaskular
·
Meningkatnya Insiden dan prevalensi penyakit paru
kronik (asma, penyakit paru osbtruktif kronis)
·
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin
·
Kanker
Ayat al-Qur’an yang
menceritakan bagaimana memelihara alam, bagaimana manusia memperlakukan alam
semestinya
Ada
pada surat Al- A’raf ayat 56-57
وَلاَ تُفْسِدُواْ فِي الأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا
وَادْعُوهُ خَوْفاً وَطَمَعاً إِنَّ رَحْمَتَ اللّهِ قَرِيبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِين
56. (Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi)
dengan melakukan kemusyrikan dan perbuatan-perbuatan maksiat (sesudah Allah memperbaikinya) dengan cara
mengutus rasul-rasul (dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut) terhadap siksaan-Nya (dan
dengan penuh harap) terhadap rahmat-Nya. (Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik)
yakni orang-orang yang taat. Lafal qariib berbentuk mudzakkar padahal menjadi
khabar lafal rahmah yang muannats, hal ini karena lafal rahmah dimudhafkan
kepada lafal Allah.
وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ بُشْراً
بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ حَتَّى إِذَا أَقَلَّتْ سَحَاباً ثِقَالاً سُقْنَاهُ
لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ الْمَاء فَأَخْرَجْنَا بِهِ مِن كُلِّ
الثَّمَرَاتِ كَذَلِكَ نُخْرِجُ الْموْتَى لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون
57. (Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya) yakni terpencar-pencar sebelum datangnya hujan. Menurut suatu qiraat dibaca dengan takhfif, yaitu syin disukunkan; dan menurut qiraat lainnya dengan disukunkan syinnya kemudian memakai nun yang difatahkan sebagai mashdar. Menurut qiraat lainnya lagi dengan disukunkan syinnya kemudian didamahkan huruf sebelumnya sebagai pengganti dari nun, yakni mubsyiran. Bentuk tunggal dari yang pertama ialah nusyuurun seperti lafal rasuulun, sedangkan bentuk tunggal yang kedua ialah basyiirun (sehingga apabila angin itu membawa) maksudnya meniupkan (mendung yang tebal) yaitu hujan (Kami halau mendung itu) mega yang mengandung air hujan itu. Di dalam lafal ini terkandung makna iltifat `anil ghaibiyyah (ke suatu daerah yang tandus) daerah yang tidak ada tetumbuhannya guna menyuburkannya (lalu Kami turunkan di daerah itu) di kawasan tersebut (hujan, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah) cara pengeluaran itulah (Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati) dari kuburan mereka dengan menghidupkan mereka kembali (mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran) kemudian kamu mau beriman.
Ada
pada surat An-Naba ayat 14-15
dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah,
|
وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً
ثَجَّاجًا
|
14
|
supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan,
|
لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا
|
15
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar