Kamis, 06 Juni 2013

Pendidikan Lingkungan Hidup



Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, non-formal dan informal. Pendidikan lingkungan hidup formal adalah kegiatan pendidikan hidup yang diselenggarakan melalui sekolah, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang, dengan metode pendekatan kurikulum yag terontegrasi maupun kurikulum yang monolik atau tersendiri.
Pembinaan kesadaran Lingkungan Hidup melalui kegiatan-kegiatan nyata yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari, dapat membawa siswa lebih memahami dan dapat langsung mengaplikasikannya. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan para siswa hidup sehari-hari. Didalamnya terdapat komponen-komponen Ekosistem dan Sosiosistem, jika lingkungan sekolah tersebut ditata sedemikian rupa maka akan dapat menjadi wahana pembentukan perilaku arif terhadap lingkungan (Paryadi, 2008:1).
Pendidikan lingkungan hidup non-formal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah, yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, misalnya pelatihan AMDAL, PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil). Pendidikan lingkunagn hidup informal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah dan dilaksanakan tidak terstruktur dan tidak berjenjang. Sedangkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan lingkungan hidup formal yaitu pendididikan lingkungan hidup yang diselenggarakan melalui sekolah formal.

1.    Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia
Pendidikan lingkungan hidup diawali dengan diselenggarakannya lokakarya internasional pada tahun 1975 yang diselenggarakan di Beograd, Yugoslavia. Dari lokakarya tersebut dihasilkan pernyataan mengenai Pendidikan Lingkungan Hidup yang dikenal dengan ”The Belgrade Charter – Global Frame Work for Environment Education”. Dalam Belgrade Charter tersebut dirumuskan tujuan pendidikan lingkungan hidup :
a.       Meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap keterkaitan di bidang ekonomi, sosial, politik, serta ekologi, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
b.       Memberi kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen yang diperlukan untuk bekerja secara individu untuk menyelesaikan masalah lingkungan saat ini dan mencegah munculnya masalah baru.
c.       Menciptakan satu kesatuan pola tingkah laku baru bagi individu, kelompok dan masyarakat terhadap lingkungan hidup.
Dalam lingkup negara-negara ASEAN telah disepakati dan dikeluarkan Asean Environment Education Action Plan (AEEAP) 2000-2005. Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN juga ikut aktif dalam merancang dan melaksanakan AEEAP 2000-2005 untuk meningkatkan pendidikan lingkungan hidup.
Pendidikan lingkungan hidup di Indonesia dirintis pada tahun 1975 dengan disusunnya Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) pendidikan lingkungan hidup Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta, yang kemudian diujicobakan di 15 (lima belas) sekolah dasar di Jakarta pada tahun 1977/1978. Kemudian pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang Pusat Studi Lingkungan di Perguruan Tinggi, baik negeri maupun swasta. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah baik umum maupun kejuruan, pendidikan lingkuan hidup dituangkan secara integratif dalam kurikulum 1984. Selanjutnya pada kurikulum 1994, materi pendidikan lingkungan hidup masih terintegrasi pada mata pelajaran tertentu dengan pendekatan dan metode lebih pada penguasaan materi serta lebih berorientasi pada aspek kognitif. Oleh karena itu, tamantan yang dihasilkan cenderung hanya memiliki ketrampilan menghafal dan kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar